Pahlawan Buku
Saat jam istirahat, di salah satu sekolah dasar di Kebumen, Jawa Tengah, dua siswi wanita menelusuri koridor sekolah menuju perpustakaan.
”Nur, bukankah sebelum kau pinjam, buku ini sudah rusak?” kata Sekar membolak-balik buku di tangannya. Pangling. Ia mengambil buku di genggaman sahabat sebangkunya itu.
“Iya, saya yang merekatkan kembali lembaran-lembaran halaman yang terlepas dengan lem,” jawab Nur tersenyum.
“Aih, Nur. Buat apa sih kau repot-repot menyerupai itu? Nanti juga buku itu rusak lagi!” cetus Sekar. Nur hanya tersenyum.
Sekarang, mereka sudah datang di perpustakaan.
“Selamat pagi, Bu Maya!” sapa Nur dan Sekar kepada Bu Maya petugas Perpustakaan.
“Selamat pagi juga Nur dan Sekar,” balas Bu Maya. Bu Maya kemudian mendapatkan buku-buku dari Nur dan Sekar. Ia sibuk mencocokkan nomor induk di lembaran tanggal kembali yang tertempel pada buku dengan nomor induk pada kantong peminjam.
Selagi menunggu, Nur berbisik kepada Sekar. “Sekar, coba lihat di pojokan belakang meja Bu Maya.”
“Oh, tumpukan buku-buku yang sudah rusak itu,” tanggap Sekar. “Lalu memangnya kenapa? Buku-buku itu kan nanti diperbaiki lagi oleh pengurus perpustakaan.”
“Memang, sih,” sahut Nur.
Setelah mendapatkan kantong peminjaman lagi, Nur dan Sekar menuju rak buku-buku yang rusak. ”Butuh waktu usang memperbaiki buku-buku ini semua, Sekar,” kata Nur. “Yang rugi kita juga, lho! Coba jikalau buku yang ingin kita baca ternyata ada di antaranya!”
“Iya, ya? Padahal, buku-buku yang rusak ini masih kelihatan baru!”
“Itu alasannya ialah peminjamnya tidak memperlakukan buku dengan baik,” imbuh Nur.
Sekar jadi termangu. “Mereka yang merusak buku ini tampaknya tidak menghargai buku-buku yang sudah menawarkan banyak ilmu pengetahuan dan wawasan ya!” keluh Sekar.
“Nah, itu kau sadar,” kata Nur menepuk lembut pundak Sekar. “Kalau bukan dimulai dari kita, siapa lagi yang mau peduli dengan buku?”
“Kalau begitu, kini saya pinjam buku-buku yang rusak ini saja, deh!”
Sekar mengambil dua buku dari kumpulan buku-buku yang rusak itu.
“Lho, itu kan halaman tengahnya sudah lepas? Tidak yummy jikalau dibaca,” goda Nur.
“Tidak apa-apa. Nanti saya perbaiki dahulu gres dibaca,” jawab Sekar semangat.
“Nah, kini sudah ada dua satria buku di sekolah kita!” celetuk Bu Maya. Diam-diam Bu Maya mendengar obrolan Nur dan Sekar tadi.
“Eh, Bu Maya. Ibu sanggup saja,” kata Nur dan Sekar bersamaan dengan tersipu-sipu.
====
Gunakan tabel berikut ini untuk membantumu menjelaskannya. Lalu, ceritakanlah isi dongeng di atas kepada teman-teman dalam kelompokmu!