Impianku
Seusai sekolah, ibarat biasa Siti, Dayu, dan Edo menunggu angkutan umum untuk pulang sambil bercakap ringan.
“Wah, mendung betul ya. Aku lupa membawa payung,” Dayu cemas menatap langit yang gelap.
“Kalau cuma sekedar berair kehujanan sih tak apalah, saya justru suka,” Edo menanggapi. “Masalahnya, kalau hujan agak deras sedikiiit saja, niscaya akses ke arah rumahku, banjir!”
Siti menatap keheranan, “Iya, kenapa kini RT-mu sering banjir do? Padahal dulu kan tidak begitu.”
“Wah, mendung betul ya. Aku lupa membawa payung,” Dayu cemas menatap langit yang gelap.
“Kalau cuma sekedar berair kehujanan sih tak apalah, saya justru suka,” Edo menanggapi. “Masalahnya, kalau hujan agak deras sedikiiit saja, niscaya akses ke arah rumahku, banjir!”
Siti menatap keheranan, “Iya, kenapa kini RT-mu sering banjir do? Padahal dulu kan tidak begitu.”
Edo bersungut, “Banyak sampah menyumbat saluran air. Padahal Pak RT rajin mengadakan acara membersihkan selokan, tetapi sayangnya warga yang buang sampah sembarangan masih lebih banyak dibandingkan yang kerja bakti”
“Nah itulah cita-citaku, teman-teman. Jika saya besar nanti, saya mau menciptakan Indonesia bersih! Banyak taman hijau, sungai-sungai berwarna biru bening, dan tak ada sampah berserakan. Aku akan menciptakan masyarakat cinta kebersihan dan merasa aib kalau membuang sampah sembarangan.” Dayu memberikan pendapatnya dengan penuh semangat.
Siti menambahkan, “Kalau aku, paling tidak suka saat harus memakai sarana umum yang kotor. Jadi, apabila saya sudah besar, saya mau menciptakan angkutan umum, toilet, taman, sekolah, terminal yang bersih! Dengan begitu, orang tidak akan ragu memakai sarana umum alasannya ialah nyaman, ya kan?”
“Mimpiku, ialah menciptakan tempat pemukiman bebas polusi! Sekolah mewajibkan murid-muridnya bersepeda atau jalan kaki ke sekolah. Bayangkan saja, betapa banyak asap kendaraan yang sanggup dikurangi” Edo menyambung dengan tak kalah bersemangat.
Siti tergelak, “Indah betul mimpi kita! Tapi bayangkan juga, bagaimana caranya menciptakan Indonesia higienis dan indah, ini halte tempat kita berdiri saja kotor, penuh coretan, puntung rokok, dan sampah bungkus permen.” “Siti betul juga. Pak RT yang sudah remaja saja kesulitan mengajak warga untuk menjaga kebersihan lingkungan, padahal akhir banjir sudah terasa langsung. Apalagi kita yang masih anak-anak, bagaimana mulainya menciptakan Indonesia bersih?” Edo mengangguk lesu.
Dayu menepuk pundak kedua sahabatnya dengan penuh semangat,”Kita harus optimis, teman! Kita mulai dulu dari kita bertiga, saling mengingatkan untuk peduli lingkungan. Kita jaga kebersihan. Kita buang sampah pada tempatnya,” Dayu memungut bungkus permen yang acak-acakan di halte kemudian membuangnya ke tempat sampah. “Kata Ayahku, kebaikan itu kalau dikerjakan dengan konsisten, niscaya menular pada lingkungan terdekat. Mungkin awalnya hanya kita bertiga, kemudian menular pada keluarga inti kita, kemudian masing-masing dari mereka juga menularkan kepada lingkungan terdekatnya. Lama-lama niscaya jadi banyak dan tidak mustahil, suatu hari terwujud Indonesia yang bersih!”
Siti tertawa lagi menyambut semangat sahabatnya,”Setuju! Kita harus mulai dari diri kita dan lingkungan terdekat dulu. Makara Edo, besok kita mulai naik sepeda ya?!”
“Ayo, mulai besok kita bersepeda ke sekolah. Mudah-mudahan lama-kelamaan teman-teman banyak yang ikut. Badan sehat, polusi udara berkurang.” Edo menjawab sambil menghentikan kendaraan beroda empat angkutan yang akan membawanya pulang.
Jika kau terlibat diskusi dengan Siti, Edo, dan Dayu, tulislah pertanyaan yang akan kau ejekan ihwal impian mereka.
Tukarkan pertanyaanmu dengan sahabat di sebelahmu dan berikan gagasan dan komentarmu untuk menjawab setiap pertanyaan.
Tuliskan 4 hal penting yang kau temukan dalam obrolan tadi sehubungan dengan membangun masyarakat sehat. Tulis alasan mengapa kau menganggap hal tersebut penting.
Seperti apa lingkungan dan masyarakat sehat impianmu? Ceritakan secara tertulis!
Apa yang sanggup kau lakukan untuk mewujudkan impian tersebut?
Dalam obrolan tadi terdapat ungkapan ‘Lingkungan kita ialah apa yang kita lakukan’. Apa yang dimaksud dengan ungkapan tersebut? Berikan contoh. Diskusikan secara berpasangan dan tulis kesimpulannya!
Bagaimana kau mengaitkan antara perilaku insan sehari-hari dengan upaya membangun lingkungan dan masyarakat higienis dan sehat. Kamu sanggup menjelaskan memakai gambar.