Sesampainya di bahtera besar, Nara melihat teman-teman ayah membersihkan kerang mutiara. Kerang-kerang itu kemudian akan dikembalikan ke dalam laut. Bila sudah cukup umur, dipanen untuk diambil mutiara yang terdapat di dalam kerang.
Nara memperhatikan kerang-kerang yang sedang dibersihkan. Lalu, ia memegang salah satunya. Sama sekali tidak terlihat ada sesuatu yang mahal di dalamnya.
“Yang ini, mutiaranya sudah sebesar apa, Ayah?” tanya Nara penasaran.
“Harus diperiksa dengan sinar-X terlebih dahulu, Nara. Baru nanti sanggup terlihat,” kata ayahnya. Nara pun hanya manggut-manggut.
“Tidak semua proses mutiara berhasil, Nara. Dengan dukungan sinar-X, kita sanggup tahu kerang yang gagal,” kata Om Benny menjelaskan
Om Benny kemudian menunjuk kerang yang sedang dibersihkan. “Ini namanya Pinctada maxima. Jenis kerang ini menghasilkan mutiara berwarna keemasan. Kerang-kerang harus dibersihkan dari siput dan binatang lain yang menempel. Hewan-hewan itu akan mengisap makanan yang ada di dalam kerang. Nanti mutiaranya jadi tidak sempurna.”
Nara menyimak klarifikasi Om Benny itu. “Pantas saja mutiara itu harganya mahal. Prosesnya sulit dan usang ya, Om,” kata Nara. Om Benny mengangguk membenarkan.
“Kamu tahu tidak, mutiara dari perairan Lombok sudah populer ke seluruh dunia, Nara. Faktanya, hampir 43 persen mutiara di dunia itu dihasilkan dari Indonesia,” tiba-tiba Om Benny berkata lagi.
“Wow, keren!” Nara berseru kagum. ”Indonesia ternyata punya banyak harta karun di laut, ya, Om,” kata Nara.
”Iya, Nara. Bangsa kita memang kaya akan hasil laut. Bukan cuma mutiara, masih banyak kekayaan hasil bahari lainnya, Nara. Tapi, sayangnya, potensi sumber daya kelautan Indonesia yang sangat besar itu, hingga kini masih belum tergarap secara optimal, Nara,” lanjut Om Benny dengan nada prihatin.
”Oh, begitu ya, Om?” Nara ikut merasa duka mendengarnya.
“Oleh alasannya yakni itu, kau berguru yang rajin, Nara! Supaya ketika kau besar nanti, kau dan generasi muda penerus bangsa lainnya, sanggup mengolah kekayaan hasil bahari Indonesia ini dengan baik. Bangsa kita nantinya sanggup menjadi makmur,” pesan Om Benny kemudian.
“Siap, Om!” Nara menciptakan gerakan hormat dengan tangannya.
Om Benny dan Ayah Nara pun tersenyum senang, melihat semangat Nara.
===
——
Berikut kata-kata penting: